Banyak Cerita - Setelah menikah, saya dihadapkan oleh pertanyaan berikutnya, "kapan punya anak?". Jujur, sebenarnya lelah yaa dengan pertanyaan yang terus berdatangan. Mulai dari kapan lulus kuliah, kapan punya pacar, kapan menikah, kapan punya anak, kapan anaknya gede, kapan anaknya sekolah, kapan punya menantu, daannn segudang pertanyaan yang menggebu-gebu lainnya :p.
Awal-awal pernikahan, suami bilang, dia ingin menunda anak dulu setahun. Ingin pacaran dulu katanya. Saya sih setuju saja. Walau diakui, umur sudah kepala 3, sudah ga semuda dulu lagi, tetapi hasrat untuk menikmati pernikahan dengan suami tak bisa dibendung lagi. Yaah namanya juga pengantin baru, maunya bareng-bareng terus, berdua terus, romantis-romantisan terus, daan segudang kisah klasik lainnya. hehe. Akhirnya, tanpa direncanakan dengan matang, jadilah kami menunda momongan. Saya juga merasa belum siap memilik anak sekarang-sekarang ini. Saya senang, suamipun riang.
Tetiba saat saya mengunjungi sebuah page di FB, ada link yang mentautkan ke sebuah page yang bernama Indonesia Childfree Community. Sebuah komunitas untuk orang-orang yang tak ingin memiliki anak. Well, its a new for me. Saya baru tau loo bahwa ada orang-orang yang ga tertarik punya keturunan. Saya sendiri sudah merasa aneh, suka dengan anak kecil, tetapi maleess banget jika harus mengurus mereka. I love kids, they are so funny and kyut. Tapii kalau memikirkan harus momong mereka rasanya eergh, MALES. Ga sabaran saya ini ternyata. Dulu saya pikir saya aneh dan ini hanyalah fase yang akan lewat. Tetapi ternyata ada komunitasnya boo. Jadilah saya mendaftar ke situ. Lewat serangkaian interview singkat, masuklah saya ke sana.
Kesan pertama adalah, wooow, ternyata kebanyakan anggota grup ituu pintar-pintar yaa. Mereka cerdas dan sangat open minded. Ada juga sih yang garis keras, tetapi mostly orang-orangnya itu berwawasan luas. Yang paling sering mereka obrolin adalah orang-orang yang beranak tapi menurut mereka tidak bertanggung jawab. Entah dari segi mental, fisik bahkan finansial. Banyak cerita yang mengenaskan tentang parents di sekeliling mereka. Mulai dari teman, kenalan bahkan keluarga sendiri. Semua keluh kessah dan sumpah serapah mereka utarakan di sana. Kayaknya itu beneran tempat sampah mereka di dumay. Walaupun kadang saya suka miris membacanya, harus saya akui kebanyakan yang mereka katakan adalah logis. Kebanyakan dari mereka itu berpendidikan tinggi, dan sudah berpengalaman di berbagai bidang. Namun sayang, banyak dari mereka yang agnostik bahkan atheist. Jujur saya mengerti istilah agnostik dari sana. Banyak pula hal baru yang saya dapatkan dari grup tersebut. Seperti bahwa mempunyai anak itu adalah pilihan, bukan kewajiban. Namun norma-norma di masyarakat yang membuat hal itu tampak jadi kewajiban. Alasan-alasan mereka untuk CF (ChildFree) juga beragam, mulai dari finansial, trauma masa lalu, kesehatan, kebebasan sampai sesimpel memang ga suka anak kecil. Walaupun begitu saya melihat bahwa stigma orang yang CF itu adalah egois tidak benar sama sekali. Karena mereka juga melakukan keputusan mereka dengan penuh tanggung jawab. They have strong reason why they wont have child dan menurut saya tidak mempunyai sesuatu karena yakin diri sendiri tidak akan mampu merawatnya atau menanggungnya adalah keputusan yang sangat tidak egois melainkan sangat bertanggung jawab.
Saya sendiri memang juga sampai saat ini masih belum ingin mempunyai anak, namun di satu sisi juga menginginkannya. Saya sudah bilang sih dari awal kalau saya tu fence sitter (tengah-tengah), ga anti tapi juga ga pro. Saya masih ingin ada anak soleh/ah yang mendoakan kelak jika saya sudah meninggal, atau melakukan kebaikan yang saya ajarkan, serta menambah pahala saya yang rasanya masih sangat sedikit ini dan saya juga ingin menjadi ibu yang membanggakan di mata mereka. Namun di sisi lain saya merasa banyaak kekurangan yang ga bisa dijelaskan satu persatu. Saya masih harus struggle dengan diri saya sendiri. Bagaimana bisa saya menghandle seorang anak, jika menghandle diri saya sendiri sajaa masih keteteran. Sungguh itulah yang masih ada di pikiran saya saat ini.
Saya tidak tahu bagaimana hidup saya di masa depan, jikalau tetiba Allah mengqodar saya punya anak, itu berarti Allah mempercayai bahwa saya mampu. Namun jika tidak, berarti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Apapun itu saya hanya ingin pernikahan saya langgeng, sakinah mawadah warahmah sampai akhir hayat, tanpa atau dengan adanya anak dan saya berharap masih diizinkan bergabung di grup tersebut walaupun jika kelak saya punya anak. Karena sungguh alasan saya bergabung adalah saya ingin lebih membuka mata, membuka pikiran dan tidak menjadi orang yang picik. Sekian.