Tuesday, 6 December 2016

Childfree atau Childhave?

Banyak Cerita - Setelah menikah, saya dihadapkan oleh pertanyaan berikutnya, "kapan punya anak?". Jujur, sebenarnya lelah yaa dengan pertanyaan yang terus berdatangan. Mulai dari kapan lulus kuliah, kapan punya pacar, kapan menikah, kapan punya anak, kapan anaknya gede, kapan anaknya sekolah, kapan punya menantu, daannn segudang pertanyaan yang menggebu-gebu lainnya :p.

Awal-awal pernikahan, suami bilang, dia ingin menunda anak dulu setahun. Ingin pacaran dulu katanya. Saya sih setuju saja. Walau diakui, umur sudah kepala 3, sudah ga semuda dulu lagi, tetapi hasrat untuk menikmati pernikahan dengan suami tak bisa dibendung lagi. Yaah namanya juga pengantin baru, maunya bareng-bareng terus, berdua terus, romantis-romantisan terus, daan segudang kisah klasik lainnya. hehe. Akhirnya, tanpa direncanakan dengan matang, jadilah kami menunda momongan. Saya juga merasa belum siap memilik anak sekarang-sekarang ini. Saya senang, suamipun riang.

Tetiba saat saya mengunjungi sebuah page di FB, ada link yang mentautkan ke sebuah page yang bernama Indonesia Childfree Community. Sebuah komunitas untuk orang-orang yang tak ingin memiliki anak. Well, its a new for me. Saya baru tau loo bahwa ada orang-orang yang ga tertarik punya keturunan. Saya sendiri sudah merasa aneh, suka dengan anak kecil, tetapi maleess banget jika harus mengurus mereka. I love kids, they are so funny and kyut. Tapii kalau memikirkan harus momong mereka rasanya eergh, MALES. Ga sabaran saya ini ternyata. Dulu saya pikir saya aneh dan ini hanyalah fase yang akan lewat. Tetapi ternyata ada komunitasnya boo. Jadilah saya mendaftar ke situ. Lewat serangkaian interview singkat, masuklah saya ke sana.

Kesan pertama adalah, wooow, ternyata kebanyakan anggota grup ituu pintar-pintar yaa. Mereka cerdas dan sangat open minded. Ada juga sih yang garis keras, tetapi mostly orang-orangnya itu berwawasan luas. Yang paling sering mereka obrolin adalah orang-orang yang beranak tapi menurut mereka tidak bertanggung jawab. Entah dari segi mental, fisik bahkan finansial. Banyak cerita yang mengenaskan tentang parents di sekeliling mereka. Mulai dari teman, kenalan bahkan keluarga sendiri. Semua keluh kessah dan sumpah serapah mereka utarakan di sana. Kayaknya itu beneran tempat sampah mereka di dumay. Walaupun kadang saya suka miris membacanya, harus saya akui kebanyakan yang mereka katakan adalah logis. Kebanyakan dari mereka itu berpendidikan tinggi, dan sudah berpengalaman di berbagai bidang. Namun sayang, banyak dari mereka yang agnostik bahkan atheist. Jujur saya mengerti istilah agnostik dari sana. Banyak pula hal baru yang saya dapatkan dari grup tersebut. Seperti bahwa mempunyai anak itu adalah pilihan, bukan kewajiban. Namun norma-norma di masyarakat yang membuat hal itu tampak jadi kewajiban. Alasan-alasan mereka untuk CF (ChildFree) juga beragam, mulai dari finansial, trauma masa lalu, kesehatan, kebebasan sampai sesimpel memang ga suka anak kecil. Walaupun begitu saya melihat bahwa stigma orang yang CF itu adalah egois tidak benar sama sekali. Karena mereka juga melakukan keputusan mereka dengan penuh tanggung jawab. They have strong reason why they wont have child dan menurut saya tidak mempunyai sesuatu karena yakin diri sendiri tidak akan mampu merawatnya atau menanggungnya adalah keputusan yang sangat tidak egois melainkan sangat bertanggung jawab.

Saya sendiri memang juga sampai saat ini masih belum ingin mempunyai anak, namun di satu sisi juga menginginkannya. Saya sudah bilang sih dari awal kalau saya tu fence sitter (tengah-tengah), ga anti tapi juga ga pro. Saya masih ingin ada anak soleh/ah yang mendoakan kelak jika saya sudah meninggal, atau melakukan kebaikan yang saya ajarkan, serta menambah pahala saya yang rasanya masih sangat sedikit ini dan saya juga ingin menjadi ibu yang membanggakan di mata mereka. Namun di sisi lain saya merasa banyaak kekurangan yang ga bisa dijelaskan satu persatu. Saya masih harus struggle dengan diri saya sendiri. Bagaimana bisa saya menghandle seorang anak, jika menghandle diri saya sendiri sajaa masih keteteran. Sungguh itulah yang masih ada di pikiran saya saat ini.

Saya tidak tahu bagaimana hidup saya di masa depan, jikalau tetiba Allah mengqodar saya punya anak, itu berarti Allah mempercayai bahwa saya mampu. Namun jika tidak, berarti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Apapun itu saya hanya ingin pernikahan saya langgeng, sakinah mawadah warahmah sampai akhir hayat, tanpa atau dengan adanya anak dan saya berharap masih diizinkan bergabung di grup tersebut walaupun jika kelak saya punya anak. Karena sungguh alasan saya bergabung adalah saya ingin lebih membuka mata, membuka pikiran dan tidak menjadi orang yang picik. Sekian.

Friday, 14 October 2016

#stoptanyakapan

Banayk Cerita - "Kapan nikah?", " Kapan punya anak?", "Kapan nambah lagi?", daaan sederet pertanyaan berawalan K pasti sudah sering kamu dengar ladies. Apalagi kita-kita yang tinggal di Indonesia ini, hidup ga lepas dari penelitian tetangga. Hahaha. Pastinya beteee banget yah, kalau harus mikirin pertanyaan yang jawabannya ajaa ga tau hilalnya. Ujian udah capek, kok masih harus jawab pertanyaan ga penting sih??

                        Sebenarnya apa sih pengaruh bagi kita jika mereka tahu jawabannya? Apa pula sih pengaruhnya buat mereka jika tahu jawabannya? Kapan nikah? Laah lo mau nyariin gue jodoh? atau mau bayarin DP resepsi?? Kapan punya anak? Lo mau bayarin anak gue skolah yaa? Atau mau beliin susu dan baju bayi buat dia? Kalau jawabannya iya, yaa ga penting banget nanya apalagi kalau jawabannya ga. Ga akan nyariin jodoh, ga akan bayarin dp resepsi, ga akan biayain sekolah, dll. So stop your fucking mouth sis!! Uuups, maaf kalau kasar

Saturday, 8 October 2016

Berbagi suami?!

Banayak Cerita - Dalam kehidupan manusia, biasanya akan memasuki yang namanya pernikahan kan yah? Dalam babak baru ini, semua manusia pasti mengharapkan yang namanya happily ever after. Tapiii, sayangnya kehidupan tuh ga berlangsung selalu seperti yang seharusnya terjadi. Sebenarnya kalimat seharusnya itu juga ga aada sih. Cause kan namanya juga manusia, hanya pelaksana takdir Tuhan saja (if u believe God) jadi terkadang nasib tidak berpihak pada kita. Niat nya sih ingin memiliki pernikahan bahagia selamanya, hanya dengannya, eeh taunya dia ga bercita-cita sama kayak kita. Misal, suami mau kita di rumah aja, eeh tapi kitanya yang ga mau ladies. "Ngapain gue sekolah tinggi-tinggi kalau ilmu gue ga kepake?", " Gue kan butuh aktualisasi diri di masyarakat sayaaanngg!", dll berbagai macam kisah sepele lainnya. Selain itu ada juga sih yang ekstrim, kayak beberapa kasus yang terjadi, si suami mulai bosen atau punya masalah kebutuhan seks yang tinggi. Salah satu dari temannya teman saya (halah pusing yah), suaminya hyper sex. Kebetulan, sang istri ituuu masa menstruasinya lama, maungkin lebih dari seminggu. Naah selama masa itu kan yah, si suami mesti nahan2 dong kalau mau ML. Naah sayangnya si suami ga bisa nahan selama itu, katanya kepala pusing cenat cenut.  jadinya yaa udah deh, si suami bilang sama istrinya kalau dia butuh tambahan satu istri lagi biar bisa melayani hasratnya dia yang tertahan. Weess, saya ga tau deh gimana tanggapan istrinya ladies. Tapi yang saya tau kemungkinann besar pasti sediiihhh banget. Harus berbagi suami (dan anunya) sama wanita lain. Masih mending kalau si suami orang berada, jadi masalah finansial biasa sedikit teratasi.  Naah kebanyakan kasus malah, yaa maaaaff banget yah, duit kere, mau nya mencla mencle. Kebanyakan mau gitu. Ituu yang bermasalah biasanya di kemudian hari.

Saya pribadi ga menolak poligami ladies. Jika melihat di berita ada suami yang menikah lagi jusru karena dukungan istrinya, saya ikutan gembira kok. Karena di situ saya melihat ada istri yang berbahagia, ikhlas dan mendukung suaminya. Yang bikin saya bete itu adalah poligami di mana ada pihak (khususnya istri) yang merasa tersakiti. Baik istri pertama, kedua, dst. Termasuk juga anak-anaknya. It doesnt matter, if your family support you. But mostly, the fact is pathethic. Banyak istri dan anak-anaknya yang terlantar, entah dari istri pertama atau maduannya. Salah satu orang yang saya kenal adalah anak dari istri pertama, dan dia menceritakan bagaimana ibunya harus berjuang membiayai dia dan 5 saudaranya yang lain, karena ayah mereka lebih sering berada dan stay di rumah istri kedua. Bgaaimana dia hidup tanpa figur seorang ayah, ayahnya sih ada, masih hidup, dia tahu siapa, cuma yaa ga pernah ketemu. Laah terus piyee?? itu gimana bisa disebut ayah coba?? hanya karena dia membuat si anak ini hadir gitu di dunia?? Padahal seorang ayah tuh ga cuma seseorang yang membuat kita muncul di dunia ini, tapi juga yang muncul seutuhnya dalam kehidupan kita. Ikut tumbuh dan berkembang seperti kita tumbuh dan berkembang, ikut menemani, membantu kita melalui semua prosesnya. That's called daddy!!

Jika mau berpoligami jangan cuma inget ayat lelaki itu boleh beristri 4, tapii juga harus ingat ayat harus berlaku adil, ga ada manusia yang bisa adil, inget cerita di mana Nabi Muh bahkan ga segan-segan turun ke dapur membantu istrinya bekerja, ingat dalil bahwa laki-laki akan dimintai pertanggungjawaban atas istrinya, ibunya, saudara2 perempuannya (adik/kakak), dan anak perempuannya. That's mean, semaakiin banyak istri, anak perempuan, dan saudara perempuan, maka makin banyaklah tanggung jawabnya. Yang mana jika ga bisa melakukannya dengan adil dan benar, surganya taruhannya!! So, susah banget kan kalau poligami itu sebenarnya. Oh ya btw laki-laki juga akan ditanya mengenai anak-anak lakinya juga sih, kan ayah itu kepala keluarga. Tapi yaa sayangnya, kebanyakan laki-laki hanya inget 4 nya aja, inget haknya aja tanpa inget kewajibannya. So sad. Kemunduran dalam umat Islam sih ini namanya.

Saturday, 26 March 2016

Terlambat menikah? Adakah?

Banyak Cerita - Pernikahan selalu menjadi topik yang seru banget kalau diceritain. Mulai dari pertanyaan kapan, dimana dan yang paling utama dengan siapa? Naah ladies itu juga menjadi momok yang menakutkan buat kebanyakn wanita di Indonesia. Namanya juga pertanyaan yang selalu menjadi favorit di setiap pertemuan keluarga.

Naah berhubungan dengan hal itu, maka dimulailah opini tentang terlambat nikah. Bagi beberapa orang usia di atas 20 tahun sudah masuk kategori terlambat nikah. Namun untuk masyarakat di perkotaan mungkin di atas 35 tahun yang diartikan terlambat.

Padahal yaa terlambat itu kan jika kita punya janji atau ada peraturan yang menyiratkan kita harus datang atau melakukan sesuatu sebelum jam tertentu dan kita melewatinya maka itu yang dinamakan terlambat. Padahal kalau menikah memang kita janji atau bikin peraturan sama siapa???? Sama keluarga? teman? pacar? atau tetanggakah??

Kalau kita ga merasa janji atau terikat peraturan waktu yaa berarti gada yang namanya TERLAMBAT NIKAH. Itu hanya pembenaran dari orang-orang yang suka ngebully dan merasa beruntung karena mereka menikah sebelum kita. Padahal belum tentu juga pernikahannya itu berkualitas. Banyak yang cuma yaa sekedar menikah ajaa tapi ga jelas visi misi pernikahnnya apa? Mau travelling barengkah? mau mencetak anak-anak hafidz Quran kah? atau hal-hal lain semacam itu.

Karena itu ladies, teteplah enjoy dengan jalan hidupmu atau rencana pernikahanmu dan satu lagi, ga perlu ikut-ikutan ngebully para jomblo yaah setelah kamu menikah nanti, hanya karena kamu merasa kamu beruntung lebih dulu menikah dibandingkan mereka. :)

Wednesday, 3 February 2016

Pacar kamu sibuk? Gau usah bingung, ada keuntungannya loo

Banyak cerita - Ladies, emang paling seneng punya pacar yang sedia setiap saat saat dibutuhkan yah? tapii yah namanya orang punya kesibukan pasti mau ga mau si pacar ga bisa selalu ada di samping kita dong yah. Nah ada untungnya loh punya pacar yg sibuk sama pekerjaannya

1. Masa depan lebih cerah
   
    Lelaki yang sibuk bekerja, biasanya punya karir yang lebih bagus dan otomatis penghasilan yang lebih banyak juga, otomatis keuangan keluarganya lbih terjamin kelak, Ga bisa dipungkiri, ekonomi menjadi salah satu faktor keharmonisan dalam keluarga. Kenapa?? simple aja, cinta ga bisa membeli beras cuy!!

2. Kamu bebas meluangkan waktu untuk dirimu

    Pacar sukses? jangan mau kalah dong. Ini lah waktu yang tepat untukmu meluangkan waktu untuk kegiatanmu sendiri. Mau itu hobi atau kerjaan. Punya pacar yang sibuk otomatis terbebas dari cowok yang "gandulin" ceweknya kemana mana. Pasti risih banget kan kalau mau jalan ma teman aja harus laporan dia dulu??

3. Terbebas dari cowok posesif

    Ya, ini masih berhubungan sama poin nomor 2. Cowok yang sibuk biasanya sih ga akan posesif banget sama ceweknya yah. Mereka akan lebih menghargai jika ceweknya punya kesibukan lain. cause mereka punya urusan yang banyak dan ga mungkin selalu mantau ceweknya

4. Membuat kamu jadi mandiri

    Cowok yang sibuk kemungkinan besar ga bisa selalu ngater ceweknya kemana mana. Mereka ga punya waktu girls, mereka harus meeting, sibuk ketemu client, mikirin trik promosi terbaru, dll. Jadi mau ga mau sang kekasih harus selalu mandiri doong, ga dikit2, "sayaang jemput aku doong"

5. Melatih kesabaran

    Cowok yang sibuk, ga bisa selalu balas bbm or WA kamu saat itu juga. Otomatis kamu harus super sabaaaaar nunggu balesannya. Bisa-bisa kalau kamu ga sabar yaa bkalan ngomel2 deh seharian. Rugi kaan??

6. Melatih selalu berpikiran positiv

    Yaa, benar. Karena mereka ga langsung balas sms, WA, BBM atau Line kamu otomatis kamu pasti dipenuhi perasaan marah, bete dan curigaan. Jangan-jangan nih orang laghi ngedate ma cewek lain nih, jangan-jangan dia lagi bosen nih, dll. Naah saat itulah kamu dilatih untuk percaya sama pacar kamu itu. Yakin bahwa dia setia dan emang benar-benar bekerja untuk masa depannya.

Naah ladies itulah sedikit dari bnyaknya keuntungan punya pacar sibuk. Namun sesibuk apapun kalian, usahakan komunikasi tetap harus terjalin yah. Ga uasah mau atau gengsi jika kamu yang harus menghubungi duluan. Biarkan dia tahu kalau sesubuk-sibuknya kamu, kamu masih tetap perhatian dan menyayanginya. Have love ladies!!