Banyak Cerita - Ladies, sebelumnya saya mau ucapin Minal Aidzin wal Faidzin yaa, mohon maaf lahir batin. Maafkan sudah bertahun tahun (halah lebaay) ga menulis, kini saatnya mengupdate blog ini lagi. (kek ada yg baca aja loo) 😝.
OK, masih berkaitan dengan lebaran nih, pastinya yg namanya lebaran ga lepas dari silaturahim. Yup, silaturahim alias sambung family. Bukan silaturahmi yg artinya sambung badan yah :P. Yup di masa2 silaturahim ini, kalian pasti akan ketemu banyaak banget saudara, bude pade, kakek nenek, om tante, cucu cicit 😜, daan semuaa yg berhubungan darah atau bahkan hanya sekedar tetangga sebelah rumah, temen jaman SD, kenalan pas belanja di pasar, dll.
Biasanya apasih yg diomongin setelah kalimat Taqabalallalhu minna wa minkum, minal aidzin wal faidzin atau mohon maaf lahir dan batin terucap? Yaa dari obroloan remeh temeh kek kacang rebus (karna kacang goreng dah terlalu mainstream 😜), sampai obrolan yg lumayan berbobot (kepo maksudnya 😜) . Biasanya yg muncul adalah pertanyaan kek " sekarang kuliah di mana?", "dah lulus belom?", "pacarnya kok ga diajak?", "gendutan yah sekarang?", ""dah isi belom?" (isi apa nih mie goreng apa bihun rebus? 😛), "kapan punya anak?" daaannn berbagai pertanyaan pribadi lainnya.
Kalau pertanyaan yg biasa ditanyakan ke penulis sih biasanya adalah, "dah isi belom?', "kapan nih punya anak?" daan disertai dengan kalimat kalimat penguat "si A ajaa dah hamil looh, padahal nkahnya baru", "buruaan jgn kelamaan, inget umur", "apa KB yah?". Hadeeuuh plihzz deeh, emang nya nikah tuh harus beranak cepet yah? Lagian, kalaupun iyaa, situ mau bayarin lahiran atau ngasih tabungan pendidikan buat anak ane?? 😛. Apa mau kasih Bedcover Set sama Nursing Apron lengkap kap kap gituu?? 😂. Biasanya siih org kek gitu cuma kepo ajaa, ga bneran mau nolong or ingin tau. wkwkwk.
Kalau menurut ane sih yaa, yg namanya nikah itu ga harus langsung punya anak. Punya anak cepet ga salah, punya anak ntar2 juga ga salah. Punya anak banyak, oke2 aja, punya anak sedikit juga ok2 ajah. Yang terpenting adalah bisa merawat anak2 tersebut dengan benar. Mendidik dan mengayomi anak2 dengan cara yg tepat. Terus gimana dong kalau si pasangan ga punya anak? Ya its okey jugaa. Ga semua beruntung diqodar bisa memiliki anak kan? Ga semua orang juga yg (ternyata) ingin punya anak. Apapun yg terjadi, value utamanya adalah keluarga yg sakinah, mawadah warahmah. Dengan atau tanpa anak. Suami istri saling mencintai, setia, support satu sama lain. Anak bukanlah ukuran kebahagiaan seseorang, banyak toh anak yg lahir dalam keluarga broken home, ga berkualitas. Banyak pula anak yg hidup dengan org tua ga berkualitas. Ayah doyan kawin cerai, ibu suka narkobaan (vice versa) daan berbgai keluarga bermasalah lainnya. Apa malah ga kasian tuuh?? Tapii banyak juga anak2 yg beruntung bisa hidup di keluarga harmonis, bahagia, sejahtera. Yaa berarti si parents emang sebelum punya anak sudah punya hubungan berkualitas.
Jangan pula menjadikan anak sebagai syarat untuk suatu perubahan. Jika dah punya anak si ayah bakalan bertanggung jawab kok, kalau dah punya anak si ibu bakalan dewasa kok. Noo, gada yg bisa membuat seseorang itu berubah, kecuali org tersebut memang menghendakinya. Anak adalah faktor eksternal, dan seperti kita tau, perubahan diri sendiri terjadi karena faktor internal. Berubahlah jadi bertanggung jawab dan dewasa SEBELUM kamu memiliki anak. Itu yg benar. Jangan jadikan anak sebagai korban percobaanmu dan pasangan mu. Bertanggung jawablah! Anak sendiri adalah individu baru yg pastinya punya kehendak sendiri dan kelak akan punya masalah sendiri. Dia bukan solusi atas semua masalah dan ketidakbecusanmu.
So ladies, apapun pilihanmu, punya anak atau tidak, mau punya 1 atau more than 1, lakukanlah dengan penuh tanggung jawab dan samakan value mu dengan pasangan. 😉
No comments:
Post a Comment